Halaman

Powered By Blogger
**All content is my made

Your Call-Song's



Jhon Vasely






Your Call


Waiting for your call, common sick,common I'm angry
common I'm desperate for your voice
Listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

Stripped and pollished, I am new, I am fresh
I am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh
Cause every breath that you will take
When you are sitting next to me
Will bring life into my deepest hopes, What's your fantasy?
(What's your, what's your...)

I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home
[X4]
(I know everything you wanted isn't anything you have)

I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight
(I know everything you wanted isn't anything you have

Peluang dan manfaat buah naga





Buah naga disebut juga : Kaktus Manis, atau Kaktus Madu terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah naga ini mulai dikembangkan di tanah air, serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan.

Buah naga disebut juga : Kaktus Manis, atau Kaktus Madu terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah naga ini mulai dikembangkan di tanah air, serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan.

Buah naga termasuk dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya.

Setiap negara memunyai sebutan yang berbeda terhadap buah ini, misal :

Feuy Long Kwa (Cina),

Thanh Long atau Clever Dragon (Vietnam),

Kaew Mangkorn (Thailand),

Shien Mie Kuo (Taiwan),

Pitahaya (Mexico),

Melano (Hawai),

Rhino Fruit (Australia). Sedangkan secara internasional buah disebut Dragon Fruit.

Buah Naga, Kaktus Manis, Kaktus Madu ( Indonesia )

Asal tanaman Buah Naga :

Sebagian besar sumber menyatakan bahwa aslinya berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Konon disebut buah naga, karena seluruh batangnya yang menjulur panjang seperti layaknya naga. Dalam perkembangannya, tanaman ini kemudian dikembangkan di Israel, Thailand dan Australia.

Asalnya hanyalah buah hutan yang tidak dimakan, tetapi, setelah dibawa oleh orang Perancis ke China, ia berubah nama menjadi buah naga, kemudian ditanam secara meluas di Vietnam sebelum berkembang ke Asia termasuk Malaysia. Buah naga yang semula tidak boleh dimakan karena dianggap makanan dewa dan tidak ada perhatian di negara asalnya, sekarang terkenal di seluruh dunia malahan menjadi hidangan eksklusif dalam pesawat terbang dengan jus buah naganya.

Tahun 2001 buah ini hanya dikembangkan di Israel, kemudian Australia, Thailand dan Vietnam, tetapi sekarang sudah mulai merambah pasaran Indonesia.

Saat ini Vietnam dan Thailand merupakan pemasok buah naga terbesar di dunia. Namun permintaan yang bisa dipenuhi baru 50 % saja. Sementara di pasar lokal, kendati masih sedikit, buah naga lokal juga sanggup bersaing dengan buah naga impor.

Buah ini sekarang mulai tersedia di toko buah dan pasar swalayan dan sejumlah perkebunan melirik komoditas ini lantaran budidayanya mudah dan prospek ke depan cerah dibanding buah lainnya.

Di Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah air mencapai 200-400 ton/tahun asal Thailand dan Vietnam.

Jenis buah naga ada empat macam, pertama buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus).

Buah naga dikembangkan di Malaysia

Di Malaysia, Buah Naga dibudidayakan pertama kali oleh Chan Weng Chuen. Berlokasi di Pahang, sejak lima tahun lalu. Setelah Chan, 41, mempelajari tanaman yang sangat popular di Taiwan serta beberapa negara Indochina, terutama Vietnam.

Sejak itu, seorang pengelola pusat karaoke ini tertarik untuk mencoba mengusahakan tanaman itu secara komersial. Dia kemudian pergi ke Taiwan untuk mengikuti kursus selama sebulan berkaitan penanaman buah naga yang juga dikenal dengan nama Cereus ini. Dengan modal awal RM100,000, Chan memulai penananam seluas 1.6 hektar di Lepar, Pekan dengan menggunakan benih stek yang diperolehi dari Taiwan.

Menurutnya, setahun berikutnya, semua tanaman mulai berbuah dan setahun kemudian dia berjaya memperoleh kembali modal awalnya. Kejayaan itu mendorong Chan membuka tiga buah ladang lagi, masing-masing seluas 1.6 hektar di Pulau Manis, juga di Pekan dan di Panching serta Kampung Batu.

Buah-buah naga itu dieksport ke Singapura dua kali sebulan dengan jumlah 3 ton setiap pengiriman, selain memasarkannya di sekitar kota dan Kuala Lumpur.

Chan dapat menghasilkan 10,000 buah bernilai kira-kira RM45,000 pada tahun kedua setelah penanaman. Dia yakin jumlah itu akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Ada dua jenis tanaman buah naga yang ditanam di ladangnya iaitu jenis isi berwarna putih dan isi berwarna merah yang ternyata paling sesuai dengan cuaca di Malaysia serta sangat diminati penggemarnya.

Menurut Chan buah naga isi merah adalah spesies yang paling sesuai dan bermutu untuk ditanam secara besar-besaran karena rasanya lebih manis dan berair serta harganya jauh lebih tinggi daripada spesies lain.

Buah naga isi merah beratnya mencapai 1 kg dengan harga pasaran sekitar RM10 hingga RM12 tiap kilogram, sedangkan harga buah naga isi putih yang rata-rata beratnya sekitar 500 gram dan harganya sekitar RM6 per kilogram.

Selain buahnya, buah naga juga menghasilkan bunga yang cantik yang hanya kembang pada waktu malam.Bunganya mampu bertahan selama seminggu tanpa disiram, di Kuala Lumpur banyak restaurant yang menyajikan sayur kelopak bunga Buah Naga.

Cerita masuknya buah naga ke Indonesia

Di Indonesia sendiri Buah Naga baru masuk sekitar tahun 2000 dan dibudidayakan untuk pertama kalinya oleh Joko Rainu Sigit, seorang warga Delangu, Klaten, Jawa Tengah.

Ia mendatangkan sekitar 250 benih tanaman ini dari Thailand. Selama 2 tahun.

"Saya melihat tanaman ini pertama di Israel, dan waktu itu ada teman dari Thailand pulang membawa bibitnya dan terus dikembangkan di negaranya sendiri sampai sekarang," kata Djoko Raino Sigit yang juga sarjana biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Kemudian tahun 1997 Joko Raino Sigit datang ke Thailand dan melihat tanaman buah naga yang bibitnya pernah dibawa dari Israel itu bisa berkembang baik.

Mahasiswa asal Thailand yang kuliah di luar negeri biasanya setiap pulang diwajibkan membawa tanaman yang di negaranya tidak ada dan tanaman-tanaman yang ada itu juga sulit untuk bisa dibawa keluar.

"Untuk mendapatkan bibit buah naga dari Thailand ini juga perlu perjuangan yang panjang, tidak semudah di Indonesia bibit tanaman apa saja sepertinya dibiarkan saja dibawa orang keluar negeri," ujarnya.

Dia baru berhasil mendapatkan bibit buah naga tersebut setelah melakukan kerjasama dengan teman yang ada di Kedutaan Indonesia di Bangkok.

"Waktu itu saya bisa membawa pulang satu koper bibit buah naga berbentuk stekan pohonnya dan setelah tiba dirumah terus dicoba ditanam dan dikembangkan sampai sekarang," ujarnya.

Bibit yang dibawa pulang ke tanah air itu jenis buah naga daging putih seperti dikembangkan di Thailand dan Vietnam.

Buah naga daging putih kulitnya merah dan sangat kontras dengan daging putih yang ada di dalamnya. Di dalam daging itu bertebaran biji-biji hitam. Jenis ini banyak dijumpai di pasar lokal maupun mancanegara, bobot rata-ratanya 400-500 gram.

Buah jenis ini bercitarasa manis bercampur masam segar, mempunyai sisik atau jumbai kehijauan di sisi luar, serta kadar kemanisannya tergolong rendah dibandingkan buah naga jenis lain, yakni 10-13 briks.

Joko Raino Sigit pengusaha Buah Naga pertama di Indonesia

Sampai sekarang sudah tujuh tahun lebih, Joko Raino Sigit yang juga lulusan S2 teknik lingkungan UNS itu mengembangkan tanaman buah naga, dia mengaku dibantu istrinya, Ny Endang Susilowati, SPd.

Dalam usahanya yang tanpa kenal menyerah dan putus asa dari bibit berbentuk stek satu koper itu dalam jangka waktu tujuh tahun telah bisa dikembangkan menjadi kebun buah naga seluas 17 hektare di Desa Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, dan ratusan tanaman buah naga di dekat rumah sebagai kebun percontohan di Delanggu, Klaten, Jawa Tengah.

Tiap pohon umur satu tahun minimal bisa menghasilkan buah tiga kilogram, sementara harga dijual di tempat Rp27 ribu/kilogram, dan kalau sudah sampai toko buah atau pasar swalayan antara Rp35 ribu sampai Rp40 ribu/kilogram.

Tanaman buah naga yang dikembangkan ini satu tahun bisa berbuah tiga kali, dan produksinya bisa terus meningkat, asalkan dirawat dengan baik dan tidak tercemar udara dari perusahaan. Lahan seluas satu hektar bisa ditanami 6.000 pohon, katanya.

Berawal dari budidaya tanaman buah naga, Joko Rainu Sigit kini menjadi peladang bisnis. Tidak hanya buahnya, tapi juga permintaan bibitnya melesat pesat. Tahun 2002 Joko mengaku investasi tanaman buah naga ini sudah mengalami titik impas atau break even point, 2 tahun setelah ditanam tahun 2000.

Cukup mengiurkan memang bisnis buah naga ini. Dalam tahun pertama, petani buah naga bisa memanen hasilnya. Rata-rata untuk 5 batang tamanan bisa menghasilkan 20 kilogram buah naga dan setiap kilogramnya dijual seharga 40 ribu rupiah pada tahun 2004.

Sesuai dengan hukum pasar, pasokan yang terbatas membuat harganya mahal. Satu kilogram rata-rata dijual Rp 40.000 dan isinya hanya dua buah.

Buah yang menyerupai alpukat tetapi bagian dalamnya berwarna merah dan kuning berbintik itu kalau dimakan enak, tak terlalu manis, dan segar sekali kalau dimasukkan ke lemari es lebih dulu.

Pada umumnya buah naga dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai pelepas dahaga. Hal ini karena kandungan airnya yang sangat tinggi sekitar 90 an persen dari berat buah yang rata-rata mencapai 1/2 sampai 1 kilogram, rasanya cukup manis karena kadar gulanya mencapai 13-18 briks.

"Buah naga yang masuk ke Indonesia hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan, akan tetapi buah naga lokal tetap diminati oleh pasar, selain itu prospek pasar ekspor pun dianggap cukup menggiurkan," kata Djoko Raino Sigit,M.Si .

Buah naga yang sangat cocok ditanam di lahan kering, dan dalam sekali tanam usianya bisa bertahan sampai 20 tahun.

Ada sekitar 12 instansi pemerintah dari seluruh Indonesia telah meninjau kebun miliknya dan berminat mengembangkan komoditas itu.

Salah satu daerah di luar Jawa yang telah mengembangkan buah naga adalah Makassar. Mereka memperoleh bibit dari Djoko yang siap melayani. Di kebunnya tersedia sekitar 100 ribu bibit siap tanam.

Di Jateng yang telah melakukan penanaman dalam areal belum begitu luas adalah Dieng, Wonosobo,'' tutur Djoko.

Banyak petani yang melirik

Hingga kini sudah cukup banyak petani yang melirik jenis tanaman buah ini, dan bahkan dari kalangan lembaga perguruan tinggi juga sudah banyak yang meminta dikirimi bibitnya untuk bahan penelitian.

Joko Raino Sigit mengatakan dari permintaan bibit yang telah dikirim itu kepada IPB dan saat ini sedang ditanam untuk dipelajari perlakuan buah naga ini.

Dia mengakui permintaan akan bibit itu cukup banyak, tetapi belum bisa dilayani semuanya, dan beberapa waktu lalu dari Malaysia juga minta satu kontiner untuk dikirim.

"Permintaan bibit satu kontiner dari Malaysia itu saya tolak, karena ini bukan cita-cita saya, memang saya juga butuh uang, tetapi saya akan lebih bangga kalau bisa menyejahterakan bangsa kita sendiri," ujarnya.

Joko Raino Sigit yang mempunyai obsesi mengangkat derajat kaum petani itu meminta kepada pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada tanaman-tanaman yang ada di Indonesia dan agar dicegah apabila dibawa keluar negeri.

Jepara Tertarik Kembangkan Buah Naga

Kabupaten Jepara berencana mengembangkan tanaman buah naga (dragon fruit). Karena sifat tanah daerah itu yang sebagian berpasir sangat cocok ditanami buah tersebut.

''Komoditas itu mempunyai prospek bagus dan pasarnya masih terbuka lebar,'' ujar Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jepara Drs Totok Sutarto MM ketika meninjau kebun buah naga milik Djoko Raino Sigit di Desa Delanggu Baru, Kecamatan Delanggu, Klaten, baru-baru ini.

Menurut dia, 50% tanah di Jepara mengandung pasir sehingga memenuhi syarat ditanami buah naga. Salah satu wilayah yang diharapkan bisa untuk pengembangan tanaman itu adalah Pulau Karimunjawa. ''Tanah di sana (Karimunjawa-Red) sangat cocok ditanami buah naga,'' jelasnya.

Sebelum ditanam pada areal yang luas, pihaknya akan membeli bibit dan kemudian ditanam di kebun percobaan. Setelah diketahui hasilnya bagus baru dikembangkan pada lahan yang luas. Di Pulau Karimunjawa tersedia areal yang sangat luas.

Bersama staf berjumlah sekitar 25 orang Totok meminta banyak penjelasan dari pemilik kebun, Djoko Raino Sigit yang telah mengembangkan komoditas itu sejak 1997.

Kulonprogo berhasil kembangkan buah naga.

Sekitar 2.520 bibit tanaman buah naga putih akan dikembangkan di lahan pasir oleh warga masyarakat transmigrasi Ring 1 di Desa Bugel Kecamatan Panjatan. Bibit tanaman buah naga tersebut merupakan bantuan dari Misi Teknis Pertanian Taiwan sebanyak 600 batang dan dari Pemkab Kulonprogo yang dianggarkan melalui APBD 2005 sebanyak 1.920 batang.

Sebanyak 600 batang bibit tanaman buah naga dari Misi Teknis Pertanian Taiwan sudah diserahkan kepada warga transmigran Ring 1. Bantuan yang diberikan hanya berupa bibit sehingga untuk pupuk dan pembuatan tajar diusahakan secara swadana oleh warga transmigran Ring 1 yang menerima bantuan.

Bantuan dari Taiwan itu sudah kami terima sebanyak 600 batang. Penyerahan bantuan tahap pertama diserahkan sebanyak 400 batang. Sebanyak 200 batang yang sempat hilang di pembibitan sebelum bantuan diserahkan kepada warga transmigran, sudah diganti oleh pihak pemberi bantuan bibit. Kata Rismono, Ketua RT 43 warga Transmigrasi Ring 1 di Desa Bugel,

Menurutnya, warga transmigrasi Ring 1 di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan sebanyak 100 KK (kepala keluarga) yang dibagi menjadi lima RT. Setiap RT menerima bantuan bibit sebanyak 120 batang atau sebanyak 30 tajar. Untuk setiap tajar berisi 4 batang tanaman buah naga

Warga transmigrasi Ring 1, jelas Rismono, memang pernah menerima pelatihan budidaya tanaman buah naga dari Taiwan. Sebelum bibit bantuan tersebut ditanam di perkebunan milik warga, saat ini warga sedang mempersiapkan tajar yang terbuat dari beton. “Setiap KK mendapat 12 bibit tanaman buah naga atau tiga tajar. Untuk pengadaan tajar, dua tajar merupakan pinjaman dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kulonprogo sedangkan yang satu tajar mencoba menggunakan tanaman hidup,” tambahnya.

Kasubdin Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Dinas Pertanian dan Kelautan Kulonprogo (Diperta dan Laut) Kulonprogo Ir Agus Langgeng Basuki, dalam kesempatan terpisah menjelaskan, selain menerima bantuan bibit tanaman buah naga dari Taiwan sebanyak 600 batang, warga transmigran juga menerima bantuan bibit tanaman buah naga dari Pemkab Kulonprogo sebanyak 1.920 batang. Jenis bibit sama dengan bantuan bibit dari Taiwan.

Menurutnya, bantuan dari Pemkab Kulonprogo, selain bibit tanaman buah naga putih, juga bantuan biaya pembuatan tajar dari semen sebanyak 480 biji dan pupuk kandang 9.600 kg.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyambut baik sehubungan para petani saat ini telah mulai melakukan diversifikasi tanaman yang lebih menguntungkan dan meningkatkan pendapatannya demi kesejahteraan keluarga dan anak cucunya.

Pernyataan tersebut disampaikannya ketika meninjau Budidaya Tanaman Buah Naga yang berlokasi di Dusun Sanggrahan, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo (Kamis, 24 Februari 2005) yang didamping wakil gubernur DIY Paku Alam IX,Asisten II Bidang Fasilitasi dan Investasi.DR.Ir.Sunyoto Dip.HE DEA, Bupati Kulonprogo Drs.toyo Santoso Dipo dan pejabat instansi terkait.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Kulonprogo.Ir.Djoko Yuwono Budidaya Buah Naga yang dirintis sejak Bulan Oktober 2003 yang semula hanya 15.480 batang Jenis Buah Naga warna putih hingga Februari 2005 ini telah panen 4 kali mencapai hasil 1226 kilogram/1,2 Ton. Adapun Buah Naga ini terdapat 3 macam Jenis Buah Naga warna Kuning,Buah naga Warna Merah, Buah naga Warna Putih. Buah Naga warna Kuning inilah yang nilai jualnya paling tinggi di Supermarket mencapai hingga harga Rp.50.000 /kg nya sedang yang warna merah mencapai harga Rp.45.000 dan warna putih mencapai Rp.30 .000,-

Sementara itu Kasubdin tanaman pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Kelauatan Kulonprogo Agus Langgeng Basuki yang juga sebagai penanggung jawab Uji coba tanaman Buah naga di Kalibawang menjelaskan bahwa awal mula bibit Buah Naga ini di peroleh dari Jawa Timur dan tanaman ini cocok dikembangkan didaerah 0 s/d 400 meter ketinggian dari permukaan laut. Untuk di daerah Kalibawang yang luasnya 3 hektar ini ditanam jenis Buah naga warna putih dan ternyata hasilnya sangat bagus. Adapun Investasi tahap I sebsar Rp.400 juta dan seterusnya tahun ke II pemeliharaan memerlukan beaya Rp 10 Juta.Dengan demikian lanjut Agus Langgeng ditargetkan pada tahun 2006 nanti akan mencapai BEP dan tahun 2007 akan memperoleh keuntungan bersih sampai dengan umur tanaman 20 tahun.

Sedangkan untuk pemasaran saat ini baru mampu mencukupi kebutuhan untuk Semarang,Surabaya dan Jakarta serta Jogja belum mampu eksport karena untuk konsumsi dalam negeri saja masih kekurangan stok. Mengingat hasilnya sangat menjanjikan Gubernur DIY Hamengkubuwono X berharap dan sangat gembira bahwa di kabupaten Kulonprogo khususnya di Kalibawang ini telah dikembangkan tanaman perkebunan komoditi yang baru selain buah Durian dan manggis dan bisa dikembangkan lagi pada tanaman buah yang lainnya.

Dengan demikian kedepan para petani khususnya dan masayarakat Kulonprogo pada umumnya pendapatannya akan meningkat sekaligus akan berdampak pada kesejahteraan keluarganya. Diakhir sambutannya pada dialog dengan petani Buah naga di Kulonprogo Gubernur DIY Hamengkubuwono X mengharapkan percontohan penanaman Buah Naga di Kalibawang ini setidaknya memberikan dampak positif bagi petani yang lainnya untuk mengembangkan tanaman yang lebih menguntungkan bagi para petani untuk ditanam ditegalan,sawah maupun halamannya atau melakukan pemilihan-pemilihan jenis tanaman agar pendapatan keluarga lebih meningkat.

Seusai meninjau Budidaya buah naga di kalibawang dalam kunjungan kerjanya di Kulonprogo Gubernur DIY hamengkubuwono X berkesempatan panen Jagung unggul Hibrida jenis P 11,P21 dan NK 22 dan NK 33 di Dusun Paingan,Pengsih Kulonprogo seluas 7 hektar milik kelompok Tani Bina mandiri diatas tanah pinjaman PPSJ Paingan Kulonprogo. Ketika dialog dengan Anggota Kelompok Tani Bina Mandiri Kulonprogo Gubernur DIY Sri Sultan hamengkubuwono X berpesan bahwa setelah para petani telah mampu meningkatkan produksi dan pendapatannya dengan jagung varitas unggul hibrida diharapkan para petani anggota Kelompok Tani harus mempunyai simpanan tabungan dikelompknya. Jangan setelah merasa panen pendapatannya berlebih/atau mempunyai keuntungan berlebih kemudian melakukan Mo Li Mo. Kalau hal tersebut dilakukan para petani akhirnya hanya percuma saja, pendapatan bertambah tidak akan ada manfaatnya bagi keluarganya kalau tetap melakukan Mo Li MO. Untuk itu hamengkubuwono X dengan tegas minta kepada para petani untuk tidak melakukan Mo li Mo yang kalau hal itu dilakukan hanya akan menyengsarakan keluarganya saja.

Dari kulonprogo.go.id diperoleh informamsi bahwa produksi Buah Naga Belum Capai Target. Hasil produksi buah naga di Kabupaten Kulonprogo, yang dikembangkan sejak tahun 2003, hingga kini belum mampu memenuhi target. Pada tahun 2004, produksi buah naga yang dikembangkan di Kecamatan Kalibawang, hanya mampu memberikan pemasukan bagi PAD sebesar Rp 3 juta dari target Rp 48 juta. Sedangkan tahun 2005, buah naga ditargetkan dapat menyumbang PAD sebesar Rp 186 juta. Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kulonprogo, Ir H Djoko Yuwono didampingi Kasie Bina Usaha, Ir Widiastuti, Jumat (29/4) membenarkan hal itu. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainya target itu, salah satunya panen yang belum serempak sehingga belum optimal. Menurut Djoko, dari tanaman buah naga seluas 3 hektar yang ada baru sekitar 20 persen yang telah berproduksi. “Hingga saat ini sudah dilakukan 17 kali petik dengan total produksi 2.569,7 kg. Pada tahun 2004 dilakukan 5 kali petik dengan produksi 664,5 kg dan pada Januari 2005 hingga kini telah dilakukan 12 petik dengan produksi 1.905,2 kg,” terangnya. Dari hasil panen tahun 2004 senilai Rp 3 juta masuk pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) sedang Rp 3,29 juta digunakan untuk angsuran pinjaman ke PT Jala Sutra Nusantara (PT JSN). Jumlah pinjaman Pemkab ke PT JSN ini sekitar Rp 101 juta dan saat ini dalam taraf angsuran. Sedang hasil panen tahun 2005, sebagian disetor ke kas daerah yaitu Rp 4,5 juta dan sebagian untuk membayar angsuran ke PT JSN. Terkait dengan target pencapaian yang terlalu tinggi, Djoko menyatakan bahwa sesuai prediksi awal panenan akan serentak dipanen. Namun karena penanaman tidak serempak maka panenannya juga tidak bisa bersamaan sehingga hasilnya tidak maksimal. Diharapkan tahun 2005 ini semua dapat dipanen secara serempak. “Sebenarnya kami ingin melakukan penyemprotan pemicu buah, namun karena pihak PT JSN meminta agar dilakukan secara alamiah dengan pupuk organik (pupuk kandang), maka kami hanya bisa menuruti apa kemauan dari mitra kerja tersebut,” terangnya. Pemasaran buah naga selain kepada PT JSN, juga dilakukan dengan penjualan langsung ke pengelola kebun buah naga. Bila masyarakat yang ingin membeli buah naga bisa langsung ke kebun buah naga di Kalibawang.

Kasiat buah naga :

1. mujarab menurunkan kolesterol

2. Untuk penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker, pelindung kesehatan mulut

3. pencegah pendarahan, dan obat keluhan keputihan.

4. mencegah kanker usus, menguatkan fungsi ginjal dan tulang, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, serta sebagai bahan kosmetik.

5. Mengobati sembelit, Mengobati Hypertensi, Memperhalus kulit wajah



Sumber :http://www.pasundaneuy.co.cc/

Tugas 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang
sangat diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam
rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan pada berbagai subsistem yang
sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit sejak menjelang akhir tahun 1970-an
menjadi bukti pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit. Dalam dokumen
praktis ini digambarkan prospek pengembangan agribisnis saat ini hingga tahun
2010, dan arah pengembangan hingga tahun 2025. Masyarakat luas, khususnya
petani, pengusaha, dan pemerintah dapat menggunakan dokumen praktis ini
sebagai acuan.

Dokumen praktis ini didahului dengan penyajian peranan sektor pertanian,
subsektor perkebunan, dan agribisnis kelapa sawit. Pada bab II diuraikan tentang
kondisi agribisnis kelapa sawit saat ini. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah
berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga
perkebunan rakyat dan swasta. Pada tahun 2003, luas areal perkebunan rakyat
mencapai 1.827 ribu ha (34,9%), perkebunan negara seluas 645 ribu ha (12,3%),
dan perkebunan besar swasta seluas 2.765 ribu ha (52,8%). Ditinjau dari bentuk
pengusahaannya, perkebunan rakyat (PR) memberi andil produksi CPO sebesar
3.645 ribu ton (37,12%), perkebunan besar negara (PBN) sebesar 1.543 ribu ton
(15,7 %), dan perkebunan besar swasta (PBS) sebesar 4.627 ribu ton (47,13%).
Produksi CPO juga menyebar dengan perbandingan 85,55% Sumatera, 11,45%
Kalimantan, 2%, Sulawesi, dan 1% wilayah lainnya. Produksi tersebut dicapai
pada tingkat produktivitas perkebunan rakyat sekitar 2,73 ton CPO/ha, perkebunan
negara 3,14 ton CPO/ha, dan perkebunan swasta 2,58 ton CPO/ha.

Pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan juga didukung secara
handal oleh 6 produsen benih dengan kapasitas 124 juta per tahun. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfin, PT. Lonsum, PT. Dami Mas, PT.
Tunggal Yunus, dan PT. Bina Sawit Makmur masing-masing mempunyai kapasitas
35 juta, 25 juta, 15 juta, 12 juta, 12 juta, dan 25 juta. Permasalahan benih palsu
diyakini dapat teratasi melalui langkah-langkah sistematis dan strategis yang telah
disepakati secara nasional. Impor benih kelapa sawit harus dilakukan secara hati-
hati terutama dengan pertimbangan penyebaran penyakit.

Dalam hal industri pengolahan, industri pengolahan CPO telah berkembang
dengan pesat. Saat ini jumlah unit pengolahan di seluruh Indonesia mencapai 320
unit dengan kapasitas olah 13,520 ton TBS per jam. Sedangkan industri
pengolahan produk turunannya, kecuali minyak goreng,
masih belum
berkembang, dan kapasitas terpasang baru sekitar 11 juta ton. Industri oleokimia
Indonesia sampai tahun 2000 baru memproduksi olekimia 10,8% dari produksi
dunia.

iv

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit

Dalam perdagangan CPO, Indonesia merupakan negara net exporter
dimana impor dari Malaysia dilakukan hanya pada saat-saat tertentu. Ekspor
Indonesia masih di bawah Malaysia dimana pada tahun 2002 hanya mencapai 6,3
juta ton atau sekitar 32,64% lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai
11,2 juta ton atau sekitar 57,28% dari total ekspor dunia. Sementara itu, impor
CPO mulai menyebar ke berbagai negara dan Indonesia mengandalkan pasar di
Belanda dan Pakistan. Neraca perdagangan CPO, baik dunia maupun Indonesia,
saat ini cenderung berada pada posisi seimbang. Harga pada beberapa tahun
terakhir cenderung meningkat baik di pasar internasional dan domestik.

Guna mendukung pengembangan agribisnis kelapa sawit, peranan lembaga
penelitian dan pengembangan perkebunan, kelembagaan dan kebijakan
pemerintah cukup strategis. Lembaga penelitian dan pengembangan perkebunan
hingga saat ini telah berperan nyata melalui berbagai inovasi teknologi. Inovasi
tersebut mulai dari subsistem hulu, usahatani, hingga pengolahan produk hilir.
Pada aspek kelembagaan, berbagai organisasi, aturan dan pelaku usaha mulai
berkembang.
Sedangkan pada aspek kebijakan, beberapa kebijakan perlu
diperhatikan, khususnya kebijakan fiskal (perpajakan dan retribusi), dan perijinan
investasi.

Pada Bab III diuraikan tentang prospek, potensi, dan arah pengembangan
agribisnis kelapa sawit. Secara umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan
agribisnis kelapa sawit masih mempunyai prospek, ditinjau dari prospek harga,
ekspor dan pengembangan produk. Secara internal, pengembangan agribisnis
kelapa sawit didukung potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas
yang masih dapat meningkat dan semakin berkembangnya industri hilir. Dengan
prospek dan potensi ini, arah pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah
pemberdayaan di hulu dan penguatan di hilir.

Pada Bab IV disajikan tujuan dan sasaran pengembangan agribisnis tahun
2005-2010. Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, tujuan utama
pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah 1) menumbuhkembangkan usaha
kelapa sawit di pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan,
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan 2)
menumbuhkan industri pengolahan CPO dan produk turunannya serta industri
penunjang (pupuk, obata-obatan dan alsin) dalam meningkatkan daya saing dan
nilai tambah CPO dan produk turunannya. Sedangkan sasaran utamanya adalah 1)
peningkatan produktivitas menjadi 15 ton TBS/ha/tahun, 2) pendapatan petani
antara US$ 1,500 – 2,000/KK/tahun, dan 3) produksi mencapai 15,3 juta ton CPO
dengan alokasi domestik 6 juta ton.

Pada Bab V disajikan kebijakan, strategi dan program pengembangan
agribisnis perkebunan. Arah kebijakan jangka panjang adalah pengembangan
sistem dan usaha agribisnis kelapa sawit yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi.
Dalam jangka menengah kebijakan
pengembangan agribisnis kelapa sawit meliputi peningkatan produktivitas dan
mutu, pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai tambah, serta penyediaan
dukungan dana pengembangan.

v

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit

Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit diantaranya adalah integrasi
vertikal dan horisontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka peningkatan
ketahanan pangan masyarakat, pengembangan usaha pengolahan kelapa sawit di
pedesaan, menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka
pemanfaatan sumber daya perkebunan, dan pengembangan pasar. Strategi
tersebut didukung dengan penyediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) dan
kebijakan pemerintah yang kondusif untuk peningkatan kapasitas agribisnis kelapa
sawit. Dalam implementasinya, strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit
didukung dengan program-program yang komprehensif dari berbagai aspek
manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan (perbenihan, budidaya dan
pemeliharaan, pengolahan hasil, pengembangan usaha, dan pemberdayaan
masyarakat) hingga evaluasi.

Pada Bab VI disajikan kebutuhan investasi pengembangan agribisnis kelapa
sawit untuk pembagunan 350.000 ha kebun plasma dan inti dan 58 unit
pengolahan CPO di Indonesia Barat dan Timur, peremajaan 100.000 ha kebun di
kedua wilayah (tanpa pembangunan unit pengolahan) dan kebutuhan investasi
industri biosiesel kapasitas. Pembangunan dilaksanakan setiap tahun dari tahun
2006 hingga 2010 dengan investor petani plasma, perusahaan inti dan pemerintah.

Kebutuhan investasi untuk perluasan kebun kelapa sawit 350.000 ha per
tahun untuk lima tahun ke depan adalah Rp. 73.462.679.150.000 (Rp. 73,46
trilyun). Kebutuhan investasi di Indonesia Barat (150.000 ha) adalah Rp.
29.030.510.250.000 (investasi petani plasma sebesar Rp. 16.831.607.940.000,
perusahaan inti sebesar Rp. 9.393.827.310.000 dan pemerintah sebesar Rp.
2.805.075.000.000). Kebutuhan investasi di Indonesia Timur (200.000 ha) adalah
Rp. 44.432.168.900.000 (investasi petani plasma sebesar Rp. 25.433.332.660.000,
perusahaan inti sebesar Rp. 15.882.086.240.000 dan pemerintah sebesar Rp.
3.116.750.000.000).

Kebutuhan investasi untuk peremajaan kebun kelapa sawit 100.000 ha per
tahun untuk lima tahun ke depan adalah Rp. 14.611.495.686.000 (Rp. 14,6
trilyun). Kebutuhan investasi untuk peremajaan 80.000 ha di Indonesia Barat
adalah Rp. 10.751.856.210.000
(investasi petani plasma sebesar Rp.
7.963.955.769.000, perusahaan inti sebesar Rp. 2.437.987.941.000 dan
pemerintah sebesar Rp. 349.912.500.000). Kebutuhan investasi untuk peremajaan
20.000 ha di Indonesia Timur adalah Rp.3.859.639.476.000 (investasi petani
plasma sebesar Rp. 3.005.753.730.000, perusahaan inti sebesar Rp. 741.010.746
dan pemerintah sebesar Rp. 112.875.000.000).

Dalam implementasinya, pengembangan agribisnis kelapa sawit baik melalui
perluasan maupun peremajaan menerapkan pola pengembangan inti-plasma
dengan penguatan kelembagaan melalui pemberian kesempatan kepada petani
plasma sebagai pemilik saham perusahaan. Pemilikan saham ini dilakukan melalui
cicilan pembelian saham dari hasil potongan penjualan hasil atau dari hasil
outsourcing dana oleh organisasi petani.

Kebutuhan investasi untuk pengembangan pabrik biodiesel kapasitas 6.000
ton per tahun (6.600 kl per tahun) dan kapasitas 100.000 ton per tahun (110.000

vi

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit

kl per tahun) masing-masing adalah Rp. 12 milyar dan Rp. 180 milyar. Apabila
setiap tahun dibangun 1 pabrik skala kecil dan besar, maka total biaya investasi
yang diperlukan dalam 5 tahun ke depan Rp. 860 milyar. Nilai investasi tersebut
diperlukan untuk membeli peralatan dan mendirikan bangunan pabrik.
Pada Bab VII disajikan perlunya dukungan kebijakan sarana dan prasarana
serta regulasi. Dukungan kebijakan diharapkan diperoleh dari Departemen
Perindustrian, Departemen Perdagangan, Deparetemen Keuangan, Bank
Indonesia, Kantor Menteri Negara BUMN, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kantor Menteri Negara Usaha Kecil,
Menengah dan Koperasi, Pemerintah Daerah, dan Kejaksaan Agung serta
Kepolisian.





please take to the play :))

It's My Life(Sample)

Andaikan malam dapat tetap menghangatkan aku disini..

Mungkin aku takan pernah mencoba untuk mencari kembali..

Dan bila waktu yang ada di bumi dapat ku genggam ..

Kan ku hadirkan keindahan rasa yang tak pernah di bayangkan ..

Perlahan kelam kan bergantikan sebuah asa yang telah terhujam ..

Aku kan tetap terus menantikan bertumbuhnya SATU RASA dalam penantianku ini..

Example in my mind :')
(BY :RXID)
all in this blog by:Christian Ivandaru Sabtiadi. Diberdayakan oleh Blogger.