Berpikir deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction
yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan
yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia
hal 273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Deduksi adalah
cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu.hal 48-49
Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. (www.id.wikipedia.com).
Penalaran deduktif dikembangkan oleh
Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode
Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales
menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada
musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat
penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang
melimpah itu benar-benar terjadi. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya.
Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah,
dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak
tepat.
Alternatif dari penalaran deduktif
adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan
dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum
kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi,
dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan
pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran
atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan
prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik,
sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin
berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan
umum. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana
planet-planet bergerakIsaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad
ke-19, Adams dan Le Verrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk
mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus
(kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus
yang diamati (data spesifik).
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses
penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku
khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini
disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni
dimulai dari hal-hal umum, menujuu kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang
lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai
suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Macam – Macam Penalaran
Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif
diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
Contoh Silogisme:
Semua binatang berdarah dingin tidak
memakan tumbuhan
Serigala adalah hewan berdarah
dingin
Jadi, Serigala memakan daging
(konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh Entimen :
Semua mahluk hidup memerlukan air
untuk melancarkan sirkulasi tubuhnya
Jika manusia hanya makan saja
Maka ia tidak dapat melancarkan
sirkulasi dalam tubuhnya
Sumber:
http://irpantips4u.blogspot.com/2012/03/penalaran-induktif-dan-deduktif.html
0 komentar:
Posting Komentar