1.Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Pada uraian di muka kita telah mengetahui adanya perkembangan pola pikir
manusia dimulai dari zaman babylonia (kurang lebih 650 ) di mana orang percaya
kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintanga. Bahkan percaya adanya banyak
dewa. Ada dewa angin, dewa matahari, dewa petir dan sebagainya. Pengetahuan itu
mereka peroleh dengan berbagai cara, antara lain:
1)Prasangka, yaitu suatu anggapan
benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak
mungkin benar.
Contoh : Pada zaman Babylonia,
orang percaya bahwa hujan dapat turun dari surga sampai ke bumi melalui
jendela-jendela yang ada di langit. Dengan perasangka , orang sering mengambil
keputusan yang keliru. Prasangka hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu
kebenaran.
2)Intuisi, yaitu suatu pendapat
seseorang yang diangkat dari perngetahuannya terdahulu melalui suatu proses
yang tak disadari. Jadi, seolah-olah begitu saja muncul pendapat itu tanpa
dipikir. Pengetahuan yang dicapai dengan cara demikian sukar dipercaya,
ungkapan-ungkapan sering juga masuk akal namun belum tentu cocok dengan
kenyataan.
Contoh : Seseorang astrolog di
samping rumusannya sering menggunakan intuisinya dalam memberikan ramalan nasib
seseorang.
3) Trial and error, yaitu metode
coba-coba atau untung-untungan. Cara ini dapat di ibaratkan seperti seekor kera
yang mencoba meraih pisang dalam sebuah kerangkeng dari percobaan kohler,
seorang psikolog jerman. Kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat juga
meraih pisang dengan menggunakan tongkat.
Pengetahuan pada manusia yang diperoleh
melalui cara ini banyak sekali, yaitu sejak zaman manusia purba sampai
sekarang. Banyak pula penemuan hasil “trial and error” sangat bermanfaat
bagi manusia, misalnya, ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat malaria.
Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk
mencari kebenaran.
Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila
pengetahuan itu memenuhi empat syarat, yaitu : objektif,metodik,sistematik,dan
berlaku umum.
- Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya. Maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiri.
Contoh : Galileo dapat
dianggap tokoh perintis pengetahuan alam karena ia pembrani menentang
kepercayaan yang ada pada masa itu yang berlawanan dengan hasil
pengamatannya. Ia mengejarkan kepada murid-muridnya untuk tidak begitu saja
mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan eksperimen sertamembuat
kesimpulan atas hasil observasinya itu. Singkatanya, Galileo menddambakan kebenaran
yang objektif atas dasar empiri.
- Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.
- Sistematik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
- Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat di amati oleh seseoarang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Contoh : Melalui
teropongnya Galileo menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini
tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi setiap orang bila menggunaan teropong
yang sama, yaitu bahwa di bulan ada gunung-gunung.
Ditinjau dari sejarah cara berfikir
manusia, pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan
yang benar, ialah :
- Cara yang didasarkan pada rasio, paham yang dikembangkan dikenal dengan rasionalisme,dan
- Cara yang didasarkan pada pengalaman, paham yang dikembangkan disebut empirisme.
a)
Rasionalisme
Descartes adalah pelopor dan tokoh
rasionalme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala
pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan
dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Dalam menyusun pengetahuannya, kaum
rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam
penalarannya di peroleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas
dan pasti, dalam pikiran ’mengetahui’ ide tersebut, tetapi manusia tidak
menciptakanya. Sebelumnya manusia berusaha untuk memikirkannya, ide / prinsip
ini sudah ada.
Menurut kaum rasionalis, fungsi pikiran
manusia hanyalah mengenai ide / prinsip tersebut, dan kemudian menjadi
pengetahuannya. Ide/prinsip yang sebelumnya memang sudah ada bersifat apriori
tersebut, dapat di ketahui manusia lewat kemampuan berfikir rasionalnya.
Menurut pengalaman mereka pengalaman tidak menghasilkan prinsip, tetapi
sebaliknya, dengan mengetahui prinsip yang di peroleh lewat penalaran rasional,
maka manusia dapat mengerti kejadian-kejadian yang terjadi / berlaku dalam alam
sekitarnya.
Masalah utama yang terdapat dalam
rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran dasar-dasar pemikiran atau
alasan-alasan yang digunakan dalam penalaran deduktif. Dasar-dasar penalaran
tersebut semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak,
terlepas dari segala pengalaman. Dengan demikian, maka pemikiran rasional
cendrung untuk bersifat subjektifdan solipsistik, ialah hanya benar dalam
kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam otak orang yang berpikir
tersebut.
b)
Empirisme
Kaum empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan manusia tidak di peroleh lewat penalaran rasional yang abstrak,
tetapi lewat pengalaman yang konkret. Menurut anggapan mereka,gejala-gejala
alam bersifat konkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indra. Bagi
kaum empiris, pernyataan ada dan tidak adanya sesuatu harus memenuhi
persyaratan pengujian. Pengujian kebenaran-kebenaran dari fakta atau objek
tersebut harus di dasarkan pada pengelaman manusia.
Kaum emipiris berpegang pada prinsip
keserupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala-gejala alam berlangsung
dengan pola-pola tertentu. Pengetahuan tentang alam didasarkan pada persepsi
mengenai hal tersebut. Dengan mengetahui bagaimana sesuatu terjadi di masa
lalu, atau dengan mengetahui tingkah laku benda-benda tersebut sekarang, maka
kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah lakunya di masa mendatang.
Kaum empiris juga menggunakan
prinsip-prinsip keserupaan;gejala-gejala yang berdasarkan pengalaman adalah
identik atau sama, maka dapat dibuat kesimpulan yang bersifat umum mengenai hal
tersebut. Dengan demikian maka di mungkinkan menyusun pengetahuan yang berlaku
terhadap gejala-gejala yang bersifat induvidual.
Dalam menyusun pengetahuan secara
empiris timbul berbagai masalah, di antaranya adalah bahwa pengetahuan yang di
kumpulkantersebut cendrung merupakan kumpulan fakta yang satu sama lainnya
belum tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal yang kontrakdiktif. Dengan
demikian maka kumpulan fakta yang satu sama lainnya belum tentu cocok. Bahkan
mungkin terdapat hal-hal yang kontradiktif. Dengan demikian maka kumpulan fakta
ataupun rangkaian dari berbagai fakta belum tentu menunjukkan pengetahuan yang
sistematis.
Terdapat juga masalah yang bersangkutan dengan hakikat pengalaman. Kaum empiris
sendiri tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat
pengalaman ini, merupakan stimulus panca indra ini diandalkan sebagai alat yang
nyata? Kita semu telah mengetahui bahwa kemampuan panca indra sangat terbatas
dan tidak sempurna. Segala sesuatu yang di laporkan dari hasil kerja panca
indra ini tidak selalu benar.
Langkah
–Langkah Operasional Metode Ilmiah
Salah
satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa materi pengetahuan itu harus diperoleh
melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara menperoleh pengetahuan itu
menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah atau tidak. Metode ilmiah
tentu saja harus menjamin akan menghasilkan pengetahun yang ilmiah, yaitu yang
bercirikan objektifitas, konsisten, dan sistematik.
Langkah
–langkah operasionalnya adalah sebagai berikut :
1)
Perumusan masalah
Yang
dimaksud dengan perumusan masalah disini adalah merupakan pernyataan apa,
mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang di teliti. Masalah itu harus
jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mem-pengaruhinya.
2)
Penyusunan hipotesis
Yang
dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukan
kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh
pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai jawaban sementara
dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau
eksperimentasi.
3)
Pengujian hipotesis
Yaitu
berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah
diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta yang mendukung dipotesis
tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan
langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat juga melalui uji coba
atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui pengindraan.
4)
Penarikan kesimpulan
Penarikan
kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta
(data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak.
Hipotesis itu dapat diterima bila fakta-fakta yang di kumpulkan itu mendukung
pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung maka hipotesis itu di
tolak. Hipotesis yang di terima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya
telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari pengetahuan.
Berdasarkan
atas peraturan yang demikian itu. Adapun menurut Drs.Maskoeri Jasin
langkah-langkah penerapan metode
ilmiah itu ada tiga yaitu:
1)
Menetukan dan memberikan batasan kepada masalah.
Masalah
yang di hadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak dengan fakta dan gejala
alam harus di ketahui dengan pasti. Kemudian disusun suatu rumusan yang tepat
akan masalanya. Ini akan memberi bantuan dalam mencari jalan menemukan data,
yakni fakta-fakta yang terorganisasi yang relevan untuk memecahkan masalah itu.
Pengalaman menunjukkan bahwa seringkali kita telah menumpulkan data tanpa
mengetahui dengan tepat masalah yang kita hadapi secara benar.
2)
Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat sementara.
Adapun
dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis, atau dugaan yang mungkin benar,
yaitu rumusan atau pernyataan untuk memecahkan masalah. Pendekatan pertama,
yang disebut pendekatan induksi, di awali dengan pengumpulan data yang didapat
dari observasi dan pengumpulan data yang dudapat dari observasi dan kemudian
data yang di dapat dari observasi dan kemudian menggunakan data itu bagai dasar
perumusan hipotesis ( jamak : hipotesa ). Metode deduktif, sebagai pendekatan
yang kedua, dimulai dengan hiptesis, bukan dari pengumpulan data. Jadi
pendekatan deduktif itu merupakan lawan dari pendekatan induktif, keduannya
akan saling melengkapi.
Kedua
pendekatan itu masing-masing mempunyai kesempurnaan yang sama. Yang penting
bukan pendekatan mana yang didahulukan tetapi keduannya dapat dipergunakan
terhadap pengujian dan pemeriksaan. Kebanyakan generalisasi Ilmu Alamiah dihasilkan
dari penerapan pendekatan induktif, tetapi dengan pendekatan deduktif merupakan
cara yang lebih sederhana, khususnya jika kita bersangkutandengan situasiyang
sudah dikenal. Pendekatan induktif berlangsung dari jumlah besar fakta-fakta
baru.
3)
Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan
Salah
satu unsur keberhasilan Ilmu alamiah dalam memecahkan masalah ialah bahwa ilmu
alamiah tidak menerima kesimpulan-kesimpulan sendiri, tidak memandang dapat
dipercaya atau luasnya data sampailah kit pada generalisasi atau sifat
keteraturan, yaitu suatu pernyataan umum berhubung dengan prilaku yang umum
bagi sejumlah besar hal (kasus). Generalisasi itu sekedar mnyatakan apa yang
kita harapkan akan terjadi dalam kondisi tertentu karena generalisasi itu
selalu terjadi dalam kondisi tersebut. Bila kondisi baru diketemukan,
pernyataan umum yang disebut hukum akan direvisi untuk memperhitungkan pua
kondisi itu.
Tidak
ada pendapat manusia yang sempurna, karena itu tidak ada generalisasi yang
dianggap sempurna, walaupun generalisasi itu berdasarkan data yang sangat
sempurna. Semua generalisasi keilmuan dapat diselidiki secara kritis oleh
banyak peneliti, dan dalam kondisi tertentu mungki generalisasi itu tidak
benar. Generalisasi yang tahan terhadap ujian waktu dan pengalaman, diterima
sebagai hal yang benar dan disebut hukum. Kebanyakan hukum telah revisi bila
ada informasi yang di perlihatkan bahwa hukum-hukum itu tidak tepat atau kurang
mencukupi.
Hukum
sipil dapat diubah atau di hapuskan. Seseorang dapat saja berlaku berlawanan
dengan hukum atau aturan-aturan tanpa mendapat hukuman. Dan dalam kenyataannya
sukar sekali hidup tanpa melawan hukum itu. Hukum sipil memerlukan dukungan
pendapat publik agar hukum bisa berlaku efektif. Hukum sipil mencangkup suatu
perintah atau kewajiban sedangkan hukum keilmuan merupakan suatu
pernyataan, uraian dan bukan perintah.
3.
Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
1)
Keterbatasan
Dengan
metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah. Kita telah mengetahui
bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari
pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca indra kita juga mempunyai
keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disangsikan
lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah keliru dari suatu kesimpulan
Ilmiah tetap ada. Karena itu, semua kesmpulan ilmiah atau dengan kata lain
kebenaran ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan alam ( IPA ) bersifat tentatif. Artinya
sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu , maka kesimpulan
itu di anggap benar. Sebaliknya, kesimpulan ilmiah yang dapat menolak
kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil
suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu
ilahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan
berubah sepanjang masa.
Metode
ilmiah
memang sanggup menjangkau untuk menuji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak
dapat menjankau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan tidak buruk
atau sistem nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
2)
Keunggulan
Seperti
telah dijelaskan di muka ciri khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) yang
sifatnya objektif, metodik sistematik dan berlaku umum itu akan membimbing kita
padasikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut :
a)
Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke
arah hidup yang bahagia..
b)
Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absout, hal ini dapat menjurus kearah
mencari kebenaran itu terus menerus.
c)
Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhayul, astrologi
maupun untung-untungan karena segala suatu proses yang teratur.
d)
Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangka, tetapi
berfikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat orang lain atau
bersikap toleran.
e)
Metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu
kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
f)
Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani
membuat pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.
jika ingin download
materi lengkapnya silahkan disini .Dan Karakteristik Metode Ilmiah diantaranya :
1. Karya Ilmiah Harus Berdasarkan Fakta
Ya. menulis karya ilmiah harus berdasarkan fakta, bukan hasil imajinasi atau semacammnya . dan fakta” itu berupa data empiris yang harus dapat diukur dan dianalisis lebih lanjut.
2. Karya Ilmiah Harus Berdasarkan Pertimbangan Objektif
pertimbangan objektif didasarkan pada pertimbangan apa adanya bukan bsifat subyektif, bebas dari prasangka dan kira”.
3. Karya Ilmiah Harus Menggunakan Asas Analisis
Maksudnya, karya ilmiah itu harus dapat dianalisis (diuraikan, dibandingkan, diinterpretasikan). yang artinya karya ilmiah harus dapat menggambarkan karakteristik , fungsi dan kaitan pmasalahan satu dg lainnya.
4. Karya Ilmiah Harus Bersifat Kuantitatif – Kualitatif
Pendekatan ilmiah beda dengan pendekatan alamiah. kalo pendekatan ilmiah itu sifatnya kuantitatif tapi kalo pendekatan alamiah itu sifatnya kualitatif.
5. Karya Ilmiah Menggunakan Logika Deduktif – Hipotetik
Logika deduktif adalah penalaran yg bertitik tolak dan hal-hal yg sifatnya umum yg sudah memiliki kebenaran yg pasti baik dr hasil penelitian para pakar ato dr yg lainnya.
Kebenaran hipotesis harus dibuktikan secara empiris melalui penelitian lapangan maka disebut bahwa karya ilmiah tersebut sesuai logika deduktif-hipotetik.
6. Karya Ilmiah Harus Menggunakan Logika Induktif Generalisasi
Kebenaran hipotesis bersifat rasional, oleh karenanya bersifat sementara . Untuk memperoleh kebenaran ilmiah masih harus dibuktikan dengan data empiris hasil penelitian . ksimpulan dr data empiris bsifat generalisasi. sdangkan kesesuaian data empiris dengan pemikiran rasional hipotesis disebut asas korespondensi. kesimpulan yg bersifat generalisasi dr data empiris disebut logika induktif yg kebenrannya bersifat probabilistik.
http://ashblueblack.wordpress.com/2010/12/19/karakteristik-metode-ilmiah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
0 komentar:
Posting Komentar