Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada
diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan
ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya
dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karyailmiah. Sikap-sikap
ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
• Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada
kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya
untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
•
Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian?
Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.
• Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
• Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
• Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
• Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
• Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
• Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
Sikap ilmiah ini juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun buku ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.
dan juga dari sumber lain menyebutkan;
1)
Jujur
Seorang
ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif. Seorang ilmuwan
dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia
lainnya. Tetapi dalam penelaan ilmiah ada hal-hal yang memaksa pada ilmuwan,
yakni yang kita sebut faktor kontrol.
Disamping
kontrol internal ada pula kontrol eksternal. Dalam hal ini ilmuwan lain akan
mengulangi penelitian ilmuan pertama dengan kondisi yang di buat serupa.
Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula menguji penelitian di atas. Karena itu
laporan ilmuan haruslah sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk
pengulangan. Memang seorang ilmuan harus jujur dalam melaksanakan laporan
penelitiannya.
2)
Terbuka
Seorang
ahli endokrinologi (ilmu kelenjaran dalam) untuk hewan amfibia, john cortelyou
telah dipih sebagai sekretarissuatu organisasi ini khusus di didirikan bagi
ilmuwan katolik.
Tindakan pertama yang dilakukan John Cortelyou ialah membubarkan jawaban ia
berkata, “Tidak ada kodok katolik di dunia ini”.
Seorang
ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas praduga. Ia meyakini
bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun golongan dan pembunuhan adalah
sangat kejam. Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya
atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam,
materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan
suatu gagasan baru. Ia akan mengerhagai setiap gagasan baru dan menguji sebelum
di terima atau di tolak.jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.
3)
Toleran
Seorang
ilmuan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa
orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa pendapatnya mungkin saja
bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu
ia bersedia belajar dari orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya
dengan orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia
dari sikap angkuh.
4)
Skeptis
Ilmuwan
pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan
menyelidiki bukti-bukti yang melatarblakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan
sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan
tanpa bukti-bukti yang kuat.
Sikap
skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah. Bila
ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, mungkin ada
informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang salah hingga menimbulkan
akibat suatu kesumpulan yang salah. Karena itu, setiap informasi perlu diuji
kebenarannya perlu dicek. Informasi memerlukan verifikasi. Setelah bukti-bukti
cukup, ilmuwan baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan
keputusan.
5)
Optimis
Seorang
ilmuwan
selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat
dikerjakan tetapi akan mengatakan, “berikan saya sesuatu kesempatan untuk
memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Ia selalu optimis.
Rasa
humor seorang ilmuwan ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan maupun sikap
optimis seseorang. John
Von Neuman seorang ahli matematika ditugaskan membuat komputer
untuk perhitungan yang diperlukan sewaktu membuat bom hidrogen. Setelah selesai
pesawat itu diserahkan dan dicoba di gunakan, maka alat itu ia beri nama
mathematichal analyzer,Numerical Integrator and Computer, di singkat MANIAC.
6)
Pemberani
Ilmu
merupakan hasil usaha keras dan sifat personal. Ilmuwan sebagai pencari
kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan,
kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.
Keberanian
Copernicus, Galileo, dan Socrates telah banyak di ketahui orang. Copernicus dan
Galileo disisihkan karena tidak mempercayai bahwa bumiadalah pusat alam
semesta; tetapi menganggap mataharilah yang menjadi pusat tempat bumi dan
planet-planet lainnya berputar. Socrates memilih mati meminum racun dari pada
menerima hal salah.
Profesor
Peabody memberikan kuliah terakhir tentang “perawatan orang sakit”. Kuliah ini
sangat jelas, penuh rasa belas kasih, sehingga berkali-kali dicetak ulang. Pada
saat kuliah itu ia baru berumur 46 tahun,segar bugar kelihatannya. Uraian
kuliahnya sangat berisi, cermat, dan disampaikan dengan pasih. Pendengaranya
tidak mengetahui bahwa dibalk ketenangan itu peabody mengidap kanker ganas yang
yang telah di derita, di tekuni, dan dipahami sepenuh arti medis mengenai
setiap gejala kanker yang dialaminya. Sehari sebelum ia meninggal ia menulis
sendiri laporan penyakitnya. Itulah ketabahan ilmuwan yang dapat ditunjukan.
7)
Kreatif
Ilmuwan
dalam mengembangkan ilmunya kreatif. Louis
AL-Veres, ilmuwan fisika Berkeley, juga peman golf, mengkreasi
“analisator stroboskop” untuk meningkatkan cara bermain golf. Dengan alat itu
pada pemukulan dapat diteliti. Kepada Presiden Eisen Hower, yang juga terkenal
pemain golf, ia menghadiahkan alat serupa. Sejak itu ia memegang peten untuk
pembuatan analisator stroboskop tadi.
Sumber:
http://galihl.blogspot.com/2011/07/pengertian-sikap-ilmiah.html
http://novtani.wordpress.com/2012/06/05/metode-ilmiah/#more-1009
0 komentar:
Posting Komentar