Halaman

Powered By Blogger
**All content is my made

Sikap ilmiah


Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karyailmiah. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.



Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.

Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.

Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Sikap ilmiah ini juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun buku ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.

dan juga dari sumber lain menyebutkan;


1)      Jujur
Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif. Seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja  tidak lebih jujur dari manusia lainnya. Tetapi dalam penelaan ilmiah ada hal-hal yang memaksa pada ilmuwan, yakni yang kita sebut faktor kontrol.
Disamping kontrol internal ada pula kontrol eksternal. Dalam hal ini ilmuwan lain akan mengulangi penelitian ilmuan pertama dengan kondisi yang di buat serupa. Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula menguji penelitian di atas. Karena itu laporan ilmuan haruslah sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. Memang seorang ilmuan harus jujur dalam melaksanakan laporan penelitiannya.

2)      Terbuka
Seorang ahli endokrinologi (ilmu kelenjaran dalam) untuk hewan amfibia, john cortelyou telah dipih sebagai sekretarissuatu organisasi ini khusus di didirikan bagi ilmuwan katolik. Tindakan pertama yang dilakukan John Cortelyou ialah membubarkan jawaban ia berkata, “Tidak ada kodok katolik di dunia ini”.
Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas praduga. Ia  meyakini bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan mengerhagai setiap gagasan baru dan menguji sebelum di terima atau di tolak.jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.

3)      Toleran
Seorang ilmuan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa pendapatnya mungkin saja bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu ia bersedia belajar dari orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia dari sikap angkuh.

4)      Skeptis
Ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarblakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa bukti-bukti yang kuat.
Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah. Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang salah hingga menimbulkan akibat suatu kesumpulan yang salah. Karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya perlu dicek. Informasi memerlukan verifikasi. Setelah bukti-bukti cukup, ilmuwan baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan keputusan.

5)      Optimis
Seorang ilmuwan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan tetapi akan mengatakan, “berikan saya sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Ia selalu optimis.
Rasa humor seorang ilmuwan ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan maupun sikap optimis seseorang. John Von Neuman seorang ahli matematika ditugaskan membuat komputer untuk perhitungan yang diperlukan sewaktu membuat bom hidrogen. Setelah selesai pesawat itu diserahkan dan dicoba di gunakan, maka alat itu ia beri nama mathematichal analyzer,Numerical Integrator and Computer, di singkat MANIAC.

6)      Pemberani
Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifat personal. Ilmuwan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.
Keberanian Copernicus, Galileo, dan Socrates telah banyak di ketahui orang. Copernicus dan Galileo disisihkan karena tidak mempercayai bahwa bumiadalah pusat alam semesta; tetapi menganggap mataharilah yang menjadi pusat tempat bumi dan planet-planet lainnya berputar. Socrates memilih mati meminum racun dari pada menerima hal salah.
Profesor Peabody memberikan kuliah terakhir tentang “perawatan orang sakit”. Kuliah ini sangat jelas, penuh rasa belas kasih, sehingga berkali-kali dicetak ulang. Pada saat kuliah itu ia baru berumur 46 tahun,segar bugar kelihatannya. Uraian kuliahnya sangat berisi, cermat, dan disampaikan dengan pasih. Pendengaranya tidak mengetahui bahwa dibalk ketenangan itu peabody mengidap kanker ganas yang yang telah di derita, di tekuni, dan dipahami sepenuh arti medis mengenai setiap gejala kanker yang dialaminya. Sehari sebelum ia meninggal ia menulis sendiri laporan penyakitnya. Itulah ketabahan ilmuwan yang dapat ditunjukan.

7)      Kreatif
Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya kreatif. Louis AL-Veres, ilmuwan fisika Berkeley, juga peman golf, mengkreasi “analisator stroboskop” untuk meningkatkan cara bermain golf. Dengan alat itu pada pemukulan dapat diteliti. Kepada Presiden Eisen Hower, yang juga terkenal pemain golf, ia menghadiahkan alat serupa. Sejak itu ia memegang peten untuk pembuatan analisator stroboskop tadi.
 



Sumber:

http://galihl.blogspot.com/2011/07/pengertian-sikap-ilmiah.html

http://novtani.wordpress.com/2012/06/05/metode-ilmiah/#more-1009
 

 

0 komentar:

Posting Komentar

please take to the play :))

It's My Life(Sample)

Andaikan malam dapat tetap menghangatkan aku disini..

Mungkin aku takan pernah mencoba untuk mencari kembali..

Dan bila waktu yang ada di bumi dapat ku genggam ..

Kan ku hadirkan keindahan rasa yang tak pernah di bayangkan ..

Perlahan kelam kan bergantikan sebuah asa yang telah terhujam ..

Aku kan tetap terus menantikan bertumbuhnya SATU RASA dalam penantianku ini..

Example in my mind :')
(BY :RXID)
all in this blog by:Christian Ivandaru Sabtiadi. Diberdayakan oleh Blogger.