PENGARUH PEMBERIAN POLIFENOL TEH
HIJAU
TERHADAP SEKRESI
NITRIT OKSIDA (NO) SEL FAGOSIT
PROPOSAL
Karya
Tulis Ilmiah
Diajukan
untuk memenuhi tugas dan melangkapi syarat dalam menempuh
Program
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Pengaruh
Pemberian Polifenol Teh Hijau Terhadap Sekresi Nitric Oxide dari
Sel
Fagosit pada Manusia
Abstrak
Latar
Belakang :
Polifenol merupakan bahan aktif yang terdapat dalam teh hijau.
Epigallocatechingallate
(EGCg) adalah salah satu komponen polifenol yang
sangat
potensial dalam menstimulasi produksi interleukin-1 alpha (IL-1α),
interleukin-1
beta (IL-1β), Tumor Necrosis Factor alpha (TNF- α), EGCg juga
dapat
membantu proses fagositosis, meningkatkan ketahanan limfosit, proliferasi
limfosit,
sekresi IL-12 makrofag, dan meningkatkan IFN-γ. Peningkatan IFN- γ
akan
menstimulasi sel fagosit (makrofag dan neutrofil) untuk mensekresi Nitric
Oxide
(NO) yang berperan dalam sistem imun tubuh.
Tujuan : Membuktikan pengaruh
pemberian polifenol teh hijau terhadap
peningkatan
sekresi NO dari sel fagosit pada manusia sehat.
Metode : Penelitian ini
merupakan penelitian Quasi experimental dengan
rancangan
Pre and Post Test Design. Sampel didapatkan dari 16 orang sehat yang
menyatakan
setuju untuk berpartisipasi, dalam penelitian ini diperiksa sekresi NO
sel
fagosit sebelum perlakuan, selanjutnya diberi kapsul polifenol teh hijau 350
mg
dua kali sehari selama empat minggu, kemudian dilakukan pengukuran
kembali
pada akhir minggu ke-2 dan ke-4. Dari sample darah tepi yang didapat
dilakukan
pemisahan fagosit dari darah tepi tersebut dan dilakukan pemeriksaan
NO
menggunakan Reagen Gries. Absorbansi diukur dengan automated microplate
reader
dengan panjang gelombang 550 nm.
Hasil
: Sekresi NO sel fagosit setelah pemberian polifenol teh hijau selama dua
dan
empat mibggu lebih besar daripada sebelum pemberian polifenol teh hijau.
Kesimpulan
: Pemberian polifenol teh hijau dapat meningkatkan sekresi NO dari
sel
fagosit.
Green Tea Polyphenol Effect on The Level of Nitric
Oxide Secreted by
Phagocyte Cells
Abstract
Back ground : Polyphenol is an
active substance consisted in green tea.
Epigallocatechingallate
(EGCg) is one of polyphenol component which is very
potential
in stimulating the production of interleukin-1 alpha (IL-1α), interleukin-
1
beta (IL-1β), and Tumor Necrosis Factor alpha (TNF- α). EGCg could also help
the
process of phagocytosis, increased the endurance and the proliferation of
lymphocyte,
increased the secretion of IL-12 macrophage and the interferon-γ.
The
increased of interferon-γ would stimulate the secretion of Nitric Oxide, by
phagocyte
cells (macrophage and neutrophile), which has contribute in immune
system.
Objective : To prove the effect of
Green Tea Polyphenol on Nitric Oxide Secretion
by
Phagocytes Cells in healthy human.
Method : The experiment was
conducted by using the Quasi Pre and Post Test
Design.
The samples were obtained from 16 healthy people who agreed to
participate
in the experiment. The secretion of NO by phagocyte cells were
examined
before, after 2 weeks, and after 4 weeks treatment of 350 mg polyphenol
of
green tea twice a day. Then the phagocyte cells were separated from blood and
the
NO secretion was measured by Gries reagent. The absorbancy was measured
by
automated microplate reader at 550 nm.
Result
: The result indicated that the secretion of Nitric Oxide by phagocyte cells
after
treatment of green tea polyphenol was higher than before polyphenol
treatment.
Conclusion : The treatment of green
tea polyphenol increase the secretion of
Nitric
Oxide by phagocyte cells.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
.......................................................................................................i
Halaman Pengesahan
...........................................................................................ii
Daftar Isi
...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian
.................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teh
Hijau..............................................................................................4
2.2 Sistem Imunitas
Tubuh…......................................................................7
2.3 Nitrit
Oksida..........................................................................................9
2.4 Pengaruh NO Terhadap Sistem
Imun.................................................12
2.5 Hepar dan
Ginjal.................................................................................12
2.6 Kerangka
Teori...................................................................................16
2.7 Kerangka
Konsep................................................................................17
2.8 Hipotesis Penelitian
...........................................................................17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
..............................................................18
3.2 Rancangan Penelitian
.........................................................................18
3.3 Populasi dan Sampel
..........................................................................18
3.4 Variabel
Penelitian..............................................................................19
3.5 Alat dan
Bahan....................................................................................19
3.6 Cara
kerja............................................................................................21
3.7 Data yang Dikumpulkan
....................................................................21
3.8 Definisi Operasional Variabel
............................................................21
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
...........................................................22
3.10 Alur Penelitian
..................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh hitam dan teh hijau merupakan
minuman ke dua setelah air yang biasa
orang
minum di dunia, terutama di negara-negara Asia. Selain sebagai minuman
penyegar,
teh juga mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, terutama teh
hijau
yang khasiatnya telah banyak diteliti dan mendapat banyak perhatian
masyarakat.¹
Dalam teh hijau terkandung
zat-zat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
tubuh
dan telah dibuktikan beberapa ahli dalam penelitian sebelumnya,salah satunya adalah polifenol. Polifenol memiliki
tujuh macam bentuk catechin yang berbeda, yaitu: Epigallocatechin-gallate
(EGCg), Epigallocatechin (EGC),
Epicatechin-gallate (ECg), Epicatechin (EC), Gallocatechin (GC),
Catechin (C), dan Catechin-gallate (Cg).
Teh
hijau memiliki banyak khasiat, antara lain sebagai antioksidan,
antikanker,
antimikroba, menurunkan kolesterol darah, mengurangi gula darah, mencegah
arthritis, mencegah kerusakan hati, mencegah gigi berlubang, mencegah resiko
keracunan makanan dan sebagai penurun berat badan.
Beberapa penelitian sebelumnya
telah memberikan bukti–bukti yang kuat
mengenai
bioaktivitas dari polifenol teh hijau dalam meningkatkan sistem imunitas, yaitu membantu proses fagositosis,
meningkatkan sekresi INF-γ dan respon
proliferasi limfosit. Sekresi INF-γ menyebabkan peningkatan aktivitas fagosit,
sehingga terjadi peningkatan kadar Nitrit Oksida (NO) yang disekresikan oleh fagosit.
Nitrit Oksida (NO) dibentuk dalam
sel-sel fagosit yang terdiri dari fagosit
mononuklear
(makrofag dalam jaringan tubuh dan monosit dalam sirkulasi darah), segmen neutrofil PMN (Polimorfonuklear), dan
eosinofil (dalam jumlah kecil).
Nitrit Oksida (NO) mempunyai banyak manfaat
bagi tubuh, salah satu
yang
terpenting adalah peranannya dalam sistem imun tubuh. NO bekerja sama dengan lisosom makrofag membunuh patogen
seperti bakteri, jamur dan virus
dalam
proses fagositosis.11
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
Apakah pemberian polifenol teh hijau dapat
mempengaruhi sekresi NO oleh fagosit.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
pengaruh pemberian
polifenol teh hijau terhadap peningkatan
sekresi NO.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengukur sekresi NO oleh fagosit sebelum
perlakuan.
2. Mengukur sekresi NO oleh fagosit setelah
pemberian polifenol teh
hijau
selama dua dan empat minggu.
3.
Menganalisis perbedaan antara hasil pengukuran sekresi NO oleh
fagosit
sebelum dan sesudah perlakuan.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat tentang manfaat
teh
hijau bagi kesehatan.
2. Penggunaan teh hijau sangat dianjurkan pada
penderita infeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teh Hijau
2.1.1
Sekilas tentang teh hijau
Teh
adalah minuman yang dihasilkan dari seduhan daun Camelia sinensis
yang
umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian antara
200-2000
meter di atas permukaan laut dengan suhu cuaca antara 14-25 derajat
Celsius.
Pada umumnya teh sebagai bahan minuman dikelompokkan dalam tiga
golongan,
yaitu teh yang difermentasikan atau teh hitam (black tea), teh yang
tidak
difermentasikan atau teh hijau (green tea), dan teh yang setengah
difermentasikan
atau teh oolong (oolong tea). Proses fermentasi di atas pada
dasarnya
adalah proses oksidasi polifenol yang ada dalam daun teh oleh enzim
polifenol
oksidase.
Teh hijau diproduksi dengan cara
menginaktifasi enzim polifenol oksidase
yang
ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan agar oksidasi enzimatik terhadap polifenol
dapat dicegah, sehingga kandungan
antioksidannya
lebih besar dari pada teh hitam maupun teh oolong.
2.1.2
Senyawa aktif dalam teh hijau
Daun teh mempunyai tiga komponen
penting yang mempengaruhi mutu minuman,
yaitu kafein yang memberikan efek stimulan, tannin yang memberikan kekuatan rasa (ketir) dan senyawa aktif yang
dipercaya bertanggung jawab dalam
memberikan kontribusi positif bagi kesehatan manusia, yaitu polifenol.
Polifenol adalah antioksidan yang
kekuatannya 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan
vitamin E. Dalam teh hijau terkandung lebih dari 36 persen polifenol, jumlah
ini masih dipengaruhi cuaca (iklim),
varietas, jenis tanah dan tingkat kemasakan. 15 Polifenol memiliki tujuh macam
bentuk catechin yang berbeda, yaitu:
Epigallocatechin-gallate
(EGCg), Epigallocatechin (EGC), Epicatechin-gallate (ECg), Epicatechin (EC),
Gallocatechin (GC), Catechin (C), dan Catechin-gallate (Cg).
EGCg merupakan bentuk catechin yang memiliki
komposisi terbanyak
pada
daun teh hijau. Dalam polifenol, 10 sampai 50 persen dari seluruh kandungan catechin berasal dari EGCg. Bahkan
kebanyakan manfaat positif dari teh dan
juga aktivitas antioksidan terkuat didapat dari EGCg dalam daun teh.
Selain catechin, teh hijau juga
mengandung senyawa alkaloid seperti
cafein,
theofilin, theobromine. Komponen lainnya yang terkandung dalam teh hijau adalah
flavon, theogallin, asam chlorogenic, asam amino theanin, thenine,
vitamin
dan mineral.
Aktivitas polifenol sebagai antioksidan yang
banyak diketahui berguna untuk mencegah
radikal bebas, dapat mengurangi kerusakan sel dan menghalangi pertumbuhan sel kanker. Selain itu banyak
manfaat lain bagi kesehatan yang bisa
dirasakan seperti membantu membakar lemak, mencegah penyakit
jantung, membantu menurunkan tekanan
darah, membantu melindungi diabetes, mencegah
keracunan
makanan, mencegah napas tak sedap, melindungi dari hepatitis, dan meningkatkan kekebalan.
Satu cangkir teh hijau dapat mengandung 50-400
mg polifenol. Konsumsi
teh
hijau 20 cangkir per hari tidak menimbulkan efek samping yang nyata. Hanya saja pada dosis yang terlalu tinggi,
kandungan kafein pada teh hijau dapat
menyebabkan insomnia, takikardi, kecemasan, tremor dan diuresis.
Pada orang yang mengkonsumsi aspirin atau obat anti
koagulan lain harus berhati-hati
terhadap terjadinya penghambatan agregasi platelet. Pada beberapa kasus,
teh hijau dapat memperpanjang waktu
perdarahan.17 Wanita hamil dan menyusui
sebaiknya menghindari konsumsi suplemen katekin. Bayi tidak dianjurkan
diberi teh hijau, karena ada penelitian yang mengatakan teh dapat
mempengaruhi metabolisme zat besi
sehingga menyebabkan anemia mikrositik.16
2.1.3
Efek teh hijau terhadap kadar NO
Beberapa penelitian sebelumnya
telah memberikan bukti–bukti yang kuat
mengenai
bioaktivitas dari polifenol teh hijau dalam meningkatkan sistem
imunitas,
yaitu membantu proses fagositosis, meningkatkan sekresi INF-γ dan
respon
proliferasi limfosit.
Meningkatnya bioavaibilitas EGCg
pada plasma setelah mengkonsumsi teh
hijau, akan diikuti dengan peningkatan imunomodulasi dari EGCg7 , Pada kenyataannya, kita mengetahui bahwa EGCg
sangat potensial dalam menstimulasi produksi interleukin-1 alpha (IL-1 ),
interleukin-1 beta (IL-1 ), tumor necrosis factor alpha (TNF- ) , EGCg juga
dapat membantu proses fagositosis5 , meningkatkan ketahanan limfosit,
proliferasi limfosit, dan sekresi IL-12
makrofag.
Teh hijau juga meningkatkan sekresi Interferon
γ, yang menyebabkan peningkatan aktivitas fagosit. Dengan demikian maka terjadi
peningkatan sekresi Nitrogen Oksida (NO) yang dihasilkan oleh fagosit.
2.2
Sistem imunitas tubuh
Imunitas merupakan suatu
mekanisme fisiologis yang berupa kemampuan
untuk mengenal suatu zat asing terhadap dirinya yang selanjutnya tubuh
akan mengadakan respon imun yang
berbentuk netralisasi, melenyapkan atau
memasukkan dalam metabolisme dengan akibat menguntungkan dirinya atau
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri.
Sistem imun merupakan suatu
kumpulan sel – sel yang bertanggung jawab
terhadap bentuk zat asing (non self) atau zat dari tubuh sendiri (self)
yang saling
berkoordinasi
membentuk respon imun. Suatu zat asing yang masuk kedalam tubuh dikenal sebagai antigen10, namun ada
beberapa pihak yang sering menyebut
molekul yang menginduksi timbulnya respon imun sebagai imunogen.
Imunogen merupakan suatu bahan
atau molekul yang dapat menimbulkan
respon imun, sedangkan antigen adalah bahan yang dapat bereaksi dengan
produk respon imun dan merupakan sasaran
respon imun. Pada umumnya imunogen adalah juga antigen meskipun tidak selalu
demikian.18 Sistem imun terpapar oleh imunogen maka ada dua respon imun yang
terjadi yaitu respon imun alamiah dan
imun
spesifik. Kedua respon imun yang terjadi meupakan interaksi antar komponen
dalam satu sistem imun dan saling meningkatkan efektifitasnya interaksi
tersebut berlangsung bersamaan sehingga akan menghasilkan suatu aktivitas
biologik yang serasi.
Imunitas selular mempunyai peranan yang
penting dalam pertahanan melawan penyakit infeksi, terutama yang disebabkan
oleh bakteri patogen intraseluler, jamur, virus, dan protozoa. Bakteri
menstimulasi makrofag untuk mensekresi IL-12 yang mengaktifkan sel NK, serta
menstimulasi perkembangan sel Th1 dan mengaktifkan sel T CD8. Ketiga jenis sel
tersebut mensekresi Interferon Gamma(IFN-γ) yang mengaktifkan fagosit
memproduksi oksigen reaktif, menstimulasi produksi antibodi dan mengopsonisasi
bakteri dengan tujuan akhir membantu fungsi efektor fagosit.
Kemampuan fagosit untuk membunuh bakteri
tergantung pada senyawa dependen oksigen
(hydrogen peroksida, radikal hidroksil, singlet oksigen) dan independent
oksigen (lisosom, laktoferin, dan protein kationik). Fagosit yang teraktifasi
akan membentuk ROI, RNI dan enzim – enzim yang akan membunuh kuman – kuman yang
difagosit sebagai sel efektor.
2.3
Nitrit oksida
2.3.1 Sintesa nitrit oxida
Nitrit oksida (NO) merupakan
suatu radikal bebas yang disintesa oleh enzim
Nitric Oxide Synthase (NOS) melalui reaksi yang komplek. Nitric Oxide Synthase (NOS) pada manusia (dan tikus)
mempunyai tiga macam bentuk, yaitu Neuron Nitric Oxide (nNOS atau NOS-1) yang
ditemukan pada sel saraf, Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS atau NOS-2)
yang ditemukan pada makrofag, dan Endothelial Nitric Oxide (eNOS atau NOS-3)
yang ditemukan pada sel endotel pembuluh darah. Kadar nNOS dan eNOS dalam tubuh
relatif stabil, sedangkan untuk kadar iNOS dipengaruhi oleh rangsangan
(misalnya ingesti dari parasit).
Stimulasi makrofag oleh
Interferon-γ (IFN-γ), Tumor Necrosis Factor
(TNF-α),
Interleukin, dan Lipopolysaccharide (LPS) akan memacu transkripsi gen
yang
menyebabkan peningkatan kadar Nitric Oxide Synthase (NOS). Sekresi NO
akan
meningkat mengikuti peningkatan NOS.
Semua tipe NOS dapat membentuk nitrit oxida
dari arginin dengan bantuan oksigen molekuler dan NADPH, hasil lain dari reaksi
ini adalah sitrulin.
Nitrit oxida (NO) dapat dengan
mudah berdifusi bebas melintasi membran sel menuju ke sel yang berada didekatnya,
kemudian bereaksi dengan sulfur besi dari beberapa makromolekul (akonitase,
komplek 1 dan 2 dari rantai transport electron mitokondria), dan menghambat
terjadinya ribonukleotida reduktase. Pada sintesis DNA ribonuklease diubah
menjadi deoksiribonukleotida, dengan demikian maka sintesa DNA terhambat dan
proliferasi sel terhenti. Ini merupakan mekanisme dari fagosit untuk menghambat
pertumbuhan sel tumor atau parasit intraselular.
Di dalam darah, NO hanya bertahan
100 milidetik, dan di jaringan hanya beberapa detik karena zat ini berikatan
dengan O2 membentuk nitrit. Nitrit kemudian diubah menjadi nitrat dan
diekskresikan dalam urin.
2.3.2
Fungsi nitrit oxida
Nitrit oxida (NO) mempunyai
banyak manfaat bagi tubuh, salah satu yang terpenting adalah peranannya dalam sistem imun
tubuh. NO bekerja sama dengan lisosom makrofag untuk membunuh patogen seperti
bakteri, jamur dan virus.
Tanpa disadari, NO ikut membantu
melindungi tubuh dari bakteri yang masuk melalui saluran pencernaan. Flora normal yang
hidup pada rongga mulut dan kerongkongan mengkonversikan nitrat dalam makanan
menjadi nitrit yang akan diubah menjadi NO saat terpapar asam lambung. NO ini
akan membunuh hampir seluruh kuman patogen yang tertelan bersama makanan.
Nitrit
oxida (NO) dalam hubungannya dengan aliran darah dapat
menyebabkan
relaksasi otot polos sehingga berfungsi sebagai regulator aliran dan
tekanan
darah, mencegah agregasi dan adhesi platelet. NO membantu pula
transport
oksigen dengan melebarkan dinding pembuluh darah sehingga
mempermudah
perpindahan gas dari darah ke jaringan dan sebaliknya. Proses
peradangan
pada pembuluh darah juga dapat dihambat dengan produksi NO oleh
NOS-3
dengan cara menghalangi eksositosis dari mediator peradangan. 11
Bila
NO dilepaskan disekitar glomerulus ginjal, dapat menyebabkan
peningkatan
Glomerulus Filtration Rate (GFR). Sedangkan NO yang dilepaskan
oleh
akhiran saraf pada penis akan menyebabkan relaksasi pada pembuluh darah
penis
sehingga korpus kavernosum terisi oleh darah dan menghasilkan ereksi
penis.9
Peran NO pada reproduksi tidak hanya sampai
disitu, NO yang dilepaskan
oleh
akrosom pada sperma dapat mengaktifkan sel telur dalam melengkapi fase
miosis
II dan fase lain fertilisasi.11
Manfaat
lain NO pada otot polos dapat dilihat pada dinding saluran cerna,
NO
mempengaruhi otot polos untuk membantu gerak peristaltik pada saluran
pencernaan.
Bahkan NO yang menghambat kontraksi otot polos dinding uterus
sangat
bermanfaat bagi ibu bersalin dengan bayi prematur, sehingga dapat
mempertahankan
bayinya hingga cukup bulan. 11
Produksi
NO berlebihan dapat meningkatkan pengaktifkan enzim
guanylate
cyclase yang dapat menimbulkan efek negatif, antara lain ketidakaktifan
enzim
tertentu, induksi protein penyebab stres bahkan kerusakan DNA.11,20
2.4
Pengaruh NO Terhadap Sistem Imun
Reactive
Oxigen Intermediate (ROI) merupakan radikal superoksida,
hydrogen
peroksida, radikal hidroksil dan singlet oksigen. ROI sangat reaktif
sehingga
dapat membunuh bakteri dan menghancurkan sel – selnya. Dalam proses
tersebut
kebutuhan oksigen meningkat, sehingga prosesnya disebut respiratory
burst.
Bakteri yang masuk ke dalam fagosom dan menyatu dengan lisosom akan
membentuk
fagolisosom. Pada proses ini terjadi respiratory burst dan didigesti
oleh
enzim lisosom. Enzim lisosom bertugas mencerna fragmen sel bakteri
setelah
terintegrasi.
Reactive
Nitric Intermediate (RNI) berperan pada fase awal dari aktivasi
anti
bakteri makrofag. Yang termasuk dalam RNI adalah NO, nitrit dan nitrat.
Dengan
adanya Inducible Nitric Oxide Synthase ( iNOS ) akan terbentuk NO dari
prekursor
L-arginin dari makrofag yang teraktifasi. Dengan adanya O2, iNOS
yang
telah berikatan dengan kofaktor tetrahidrobiopterin akan mengubah Larginin
menjadi sitrulin dan NO. NO inilah yang mempunyai aktifitas
antimikroba.8,15,18,20
Selain
reaksi diatas, sinergi ROI dan RNI dapat membentuk antimikroba
yang
lebih toksik. Contohnya adalah NO yang bereaksi dengan singlet oksigen
akan
membentuk peroksinitrit (ONOO-
).
Peroksinitrit adalah suatu oksidan yang
dapat
merusak lipid, protein dan bahkan DNA bakteri.
2.5
Hepar dan Ginjal
2.5.1
Hepar
Hepar
merupakan organ yang penting untuk mempertahankan hidup dan
berperan
pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh. Hepar mempunyai
kemampuan
regenerasi yang tinggi. Pembuangan hepar sebagian, pada kebanyakan kasus sel
hati yang mati atau sakit akan diganti dengan jaringan hati
yang
baru. Pemeriksaan fungsi hati merupakan tes skrining yang secara rutin
dikerjakan
untuk melacak penyakit hati. Pemeriksaan yang sering dikerjakan
antara
lain jumlah SGOT, SGPT, Gamma Glutamil Transpeptidase (GGT), alkali
fosfatase,
laktat dehidrogenase (LDH), dan lainnya.23
Serum
transaminase merupakan sekelompok enzim dalam darah dan
bekerja
sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugusan amino antara asam
alfa
amino dan asam alfa keto. Transaminase yang sering digunakan dalam
menilai
penyakit hati adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
dan
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). SGOT merupakan enzim
mitokondrial
yang diproduksi oleh hepar, otot, jantung, dan ginjal, sehingga
kenaikan
SGOT saja yang tinggi mungkin berasal dari organ lain. SGPT
merpakan
enzim sitolitik dan terutama diproduksi oleh hepatosit pada daerah periportal
asinus hepar. Kenaikan SGPT lebih spesifik untuk kerusakan parenkim
hepar.
Kenaikan kadar transaminase dalam darah disebabkan oleh sel-sel yang
kaya
akan transaminase mengalami nekrosis atau hancur.23
Enzim-enzim tersebt
masuk
dalam peredaran darah. Nilai normal SGOT adalah 10-40 SI/dL, sedangkan
SGPT
adalah 5-35 SI/dL.
24
2.5.2
Ginjal
Ginjal
merupakan organ penting untuk membuang bahan-bahan sampah
tubuh
dari hasil pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolisme. Ginjal
melakukan
fungsinya dengan menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat
pada
kecepatan yang bervariasi, tergantung pada kebutuhan tubuh. Kemudian
ginjal
akan membuang zat yang tidak diinginkan dari filtrat dengan mengekskresikannya
dalam urin, sementara zat yang dibutuhkan akan
dikembalikan
ke dalam darah. Penting juga untuk diketahui bahwa ginjal
menjalankan
fungsi yang multiple, antara lain: pengaturan keseimbangan air dan
elektrolit,
pengaturan osmolalitas cairan tubuh, pengaturan keseimbangan asambasa, ekskresi
produk sisa metabolik dan bahan kimia asing, pengaturan tekanan
arteri,
sekresi hormon, dan glukoneogenesis.
Produk
sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh ginjal meliputi urea (dari
metabolisme
asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam
nukleat),
produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit
dari
berbagai hormon. Ginjal juga membuang banyak toksin dan zat asing lainnya
yang
diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida, obat-obatan, dan
makanan
tambahan.25
Asam
amino sangat diperlukan untuk sintesis protein. Sebagian asam
amino
harus dipasok dari makanan sehari-hari (esensial), sebagian lagi dapat
dibentuk
dari senyawa melalui proses transaminasi dengan menggunakan nitrogen
amino
dari asam amino lain yang berlebihan. Nitrogen amino akan mengalami
deaminasi
dan dikeluarkan sebagai ureum, yang kemudian diangkut oleh darah ke
ginjal
serta diekskresikan lewat urin.26
Nilai normal ureum dalam plasma adalah
8-25
mg/dl.24
Kreatinin
merupakan metabolit endogen yang sangat berguna untuk
menilai
fungsi glomerulus. Zat ini umumnya berasal dari metabolisme otot. Dari
kesemuanya
diekskresikan melalui ginjal dengan proses filtrasi dari glomerulus
bebas
dengan sekresi tubulus yang minimal. Dalam keadaan normal (fungsi
ginjal,
diet, massa otot, dan metabolisme) kreatinin akan diproduksi dalam jumlah
yang
sama dan diekskresikan melalui urin setiap hari. Pemeriksaan konsentrasi kreatinin
dalam darah secara klinis berguna untuk menilai fungsi ginjal.
Peningkatan
kreatinin dalam darah menunjukkan penurunan fungsi ginjal.27 Nilai
normal
kreatinin pada wanita adalah 0,5-1 mg/dl, sedangkan pria adalah 0,6-1,3
mg/dl.24
Pada
keadaan normal, ginjal menyaring sekitar 180 liter cairan setiap
harinya
pada kapiler glomerulus dan kemudian mengubah filtrat ini menjadi urin.
Penurunan
jumlah nefron ginjal fungsional dapat menurunkan laju filtrasi
glomerulus/
Glomerulo Filtration Rate (GFR) sehingga akan menyebabkan
penurunan
ekskresi air dan zat terlarut oleh ginjal. Produk buangan metabolisme,
seperti
ureum dan kreatinin, menumpuk hampir sebanding dengan jumlah nefron
yang
rusak karena ureum dan kreatinin sangat tergantung pada filtrasi glomerulus
untuk
ekskresinya dan tidak di reabsorbsi sebanyak elektrolit. Karenanya jika ada
kerusakan
nefron ginjal dan GFR turun, akan terjadi akumulasi ureum dan
kreatinin
dalam darah.
2.6
Hipotesis Penelitian
Terjadi
peningkatan sekresi NO oleh fagosit setelah pemberian polifenol
teh
hijau peroral 350 mg 2 kali sehari selama 2 dan 4 minggu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup keilmuan : Ilmu
Biokimia dan Imunologi
Ruang lingkup tempat :
Laboratorium Bioteknologi Kedokteran FK UNDIP dan Laboratorium Ilmu Hayati UGM.
Ruang lingkup waktu : Agustus
2004 –Februari 2005.
3.2
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian Quasi eksperimental dengan rancangan
Pre and Post Test Design. Individu sehat yang menyatakan setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini akan diperiksa sekresi NO oleh fagosit sebelum perlakuan, selanjutnya akan diberi
kapsul polifenol teh hijau 350 mg 2 kali
sehari selama 4 minggu, kemudian akan dilakukan pengukuran kembali pada akhir minggu kedua dan keempat. Penilaian
dilakukan dengan membandingkan hasil
sebelum dan sesudah perlakuan.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Individu sehat yang memberikan
informed consent (pernyataan setuju
untuk
ikut serta dalam penelitian).
3.3.2
Sampel
a. Jumlah sampel
Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 20 orang.
b. Cara pengambilan sampel
• Kriteria inklusi:
- Pemeriksaan USG
hepar dan ginjal normal
- Pemeriksaan SGPT
normal
- Pemeriksaan ureum
dan kreatinin normal
• Kriteria eksklusi:
- Mengundurkan diri
- Tidak mengkonsumsi
kapsul polifenol teh hijau secara teratur
- Sakit dalam masa
penelitian.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pemberian kapsul polifenol teh
hijau 350 mg 2 kali sehari selama 4 minggu.
3.4.2 Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam
penelitian ini adalah sekresi NO oleh fagosit.
3.5 Alat
dan Bahan
3.5.1
Alat
Peralatan yang dibutuhkan dalam
penelitian ini:
1. Disposible spuit 10
cc.
2. Torniquet.
3. Tabung eppendorf.
4. Tabung reaksi.
5. Sentrifuge.
6. Tabung sentrifuge.
7. Micropipet.
8. Bilik hitung.
9. Luminair flow.
10. Mikroskop.
11. Inkubator.
12. microplate ELISA
96 well dengan dasar rata.
13 Autometed microplate reader.
14.Spektrofotometer.
15. Cuvet.
3.5.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini:
1. Sampel darah.
2. Alkohol 70 %.
3. Kapsul polifenol
teh hijau 350 mg ( 840 kapsul ).
4. Larutan PBS.
5. Larutan Ficol.
6. Larutan NH4Cl.
7. Larutan RPMI (
Roswell Park Memorial Institute )
8. Reagen Gries.
9. Larutan standar
NaNO2.
10. Reagen NED.
3.6 Cara Kerja
3.6.1 Cara kerja
pemisahan fagosit dari darah tepi
Lihat
lampiran 1
3.6.2
Cara kerja pemeriksaan NO
Lihat
lampiran 2
3.7 Data yang
dikumpulkan
Data
yang dikumpulkan merupakan data primer hasil pengukuran di
laboratorium.
3.8 Definisi
Operasional Variabel
3.8.1
Fagosit
adalah sel yang bekerja untuk menelan dan membunuh patogen, termasuk didalamnya
adalah makrofag, monosit, neutrofil PMN, dan eosinofil.
3.8.2
Individu
sehat adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Undip yang
bersedia
mengikuti penelitian ini dengan memberikan informed consent dan menjalani tes
skrining kesehatan.
3.8.3
Polifenol
teh hijau adalah senyawa aktif dari teh hijau yang mengandung tujuh macam
bentuk catechin dan bermanfaat sebagai antioksidan.
3.8.4
Pemberian polifenol teh hijau merupakan
pemberian polifenol teh hijau dalam bentuk kapsul dengan dosis 350 mg/kapsul, 2
kali sehari selama 4 minggu.
3.8.5
Sekresi
NO oleh fagosit adalah pelepasan suatu radikal bebas oleh sel fagosit berupa
Nitrit Oxida yang disintesa oleh enzim Nitric Oxide Synthase melalui reaksi
yang komplek dan dihitung dengan metode modifikasi Gries dari
3.9
Pengolahan dan Analisis Data
Untuk
mengetahui perbedaan sekresi NO sebelum dan sesudah perlakuan mempunyai sebaran
normal atau tidak, maka dilakukan uji distribusi normalitas data ( uji
Shapiro-Wilk ).Apabila data yang diperoleh memiliki distribusi normal maka akan
dianalisis dengan uji T-test untuk data berpasangan ( Paired Sample T-test ).
Jika data tersebut berdistribusi tidak normal maka akan dianalisis dengan uji
statistik Wilcoxon. Pengolahan analisis data dengan menggunakan program SPSS
for Windows Versi 12.0 dengan tingkat kemaknaan α<0 span="span">0>
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Anonymous. Manfaat teh untuk kesehatan
jantung. Available from: URL:
http://www.vision.net.id
2.
Anonymous.
Teh hijau mencegah penyakit. 2005. Available from: URL:
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005
3.
Anonymous. Beverage produced by steeping in
freshly boiled water the
young
leaves and leaf buds of the tea plant, camellia sinensis. Available
from:
URL: http://www.Britanica.com/tea.
4.
Khomsan A. Teh sup kimiawi sumber antioksidan.
. Available from:
URL:
http://www.sinarharapan.co.id
5.
Susilaningsih N, Johan A, Gunardi, Winarto.
Pengaruh polifenol teh hijau
terhadap
aktifitas makrofag dalam membunuh bakteri. Artikel Penelitian.
Semarang:
FK UNDIP; 2003.
6.
Kazuto
M, Thomas W. Klein, Herman F, Yoshimasa Y.
Legionella
pneumophila replication in macrophages inhibited
by
selective immunomodulatory effects on cytokine formation by
Epigallocatechin
Gallate, a major form of tea catechins. Infection and
Immunity
2001 June; 3947-3953.
7.
Kazuto
M, Thomas W. Klein, Herman F, Yoshimasa Y.
Epigallocatechin
gallate, a potential immunomodulatory agent of
tea
components, diminishes cigarette smoke condensate – induced
suppression
of anti-Legionella pneumophila activity and cytokine
responses
of alveolar macrophages. Clinical and Diagnostic Laboratory
Immunology
2002 July; 864-871.
8.
Nohl H. Nitric oxide and related radicals.
Free Radical from Basics
Science
to Medicine. Switzerland: Birkhauser Verlag Basel; 1993 : 38-9.
9.
Roitt
IM. Imunologi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit FK UI; 2001 : 2-10.
10.
Kresno
SB. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium,Edisi
keempat.
Jakarta: Penerbit FK UI; 2001 :3-9.
12.
Fulder
S. Khasiat Teh Hijau. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher; 2004.
vii-xvii:
3-6: 22-23
13.
Anonymous. Teh, temukan khasiatnya. 2004.
Available from: URL:
http://www.alumni_ipb.or.id/content:php
14.
Anonymous. The health benefits of mega natural
gold. Available from:
URL:
http://www.polyphenolics.com/pdf/healthbenefitsofvinox.pdf
15.
Anonymous. Minum teh dan khasiatnya bagi
kesehatan. 2003. Available
from:
URL: http://www.sinarharapan.co.id
16.
Anonymous.
Green tea catechins. 2006. Available from: URL:
http://www.vitaminherbuniversity.com/topic.asp?categoryid=4&topicid=1
064
17.
Anonymous.
Catechins. 2006. Available from: URL:
http://www.supplementwatch.com/suplib/supplement.asp?DocId=1071
18.
Baratawidjaya KG. Imunologi dasar, Cetakan ke
tiga. Jakarta: Balai
Penerbit
FK UI; 1996 :16-8.
19.
Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and
mollecular
immunology.
Philadelphia, WB Saunders co; 2000 : 32-349.
20.
Devlin TM. Biochemistry with Clinical Correlation, 5th ed. Canada: WileyLiss;
2002 : 407-88.
21.
Garrel
C., Fontecave M. Nitric oxide : chemistry and biology. Switzerland:
Birkhauser
Verlag Basel;1995 : 22-8.
22.
Ishimura
Y, Shimada H, Suematsu M, editors. Oxygen homeostasis and its
dynamics.
Tokyo, Japan: Springer-Verlag; 1998 : 289-92.
Create
PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
(http://www.novapdf.com)23. Husadha Y. Fisiologi dan Pemeriksaan Biokimiawi
Hati. In: Buku Ajar
Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas
Indonesia; 1996. 224-227
24.
Widmann
FK. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi
ke-9.
Jakarta: EGC; 1992. 254-258:329
25.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC;
1997. 397-398
26.
Murray
RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper.
Edisi
Ke-24. Jakarta: EGC; 1997. 165:757:767
27.
Nasution
MY, Prodjosudjadi W. Pemeriksaan Penunjang Pada Penyakit
Sumber:
eprints.undip.ac.id/19116/1/Adeputri.pdf
Sumber:
eprints.undip.ac.id/19116/1/Adeputri.pdf
Ginjal.
In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1996. 301
0 komentar:
Posting Komentar